Welkom bij Gamer Blox

Hier geven we meer dan anderen

Grata Gamer Blox

Qui diamo più di altri

Bienvenue Pour Blox Gamer

هنا نعطي أكثر من غيرهم

Welcome To Gamer Blox

Ici, nous donnons plus que d'autres

eمرحبا بكم في بلوكس الأدب

Here we give more than others

Sabtu, 23 Juni 2012

Counter Strike: Global Offensive Meluncur di Bulan Agustus



Kabar baik untuk penggemar game first person shooter populer, Counter Strike, yang tidak sabar menunggu evolusi terbaru dari game tersebut, CS: Global Offensive! Valve, perusahaan yang berada di balik game tersebut, akhirnya mengumumkan tanggal rilis resmi untuk game tersebut. Game tersebut akan dirilis pada tanggal 21 Agustus 2012 mendatang!

Game Counter Strike: Global Offensive tersebut akan dirilis untuk Windows dan Mac melalui Steam, serta untuk PlayStation 3 dan Xbox 360 melalui layanan online masing-masing, PlayStation Network dan Xbox Live Marketplace, bersamaan di tanggal 21 Agustus 2012 mendatang dengan harga US$ 15. Sayangnya, Valve masih belum menjelaskan mengenai konten dan mode permainan apa saja yang akan diusung dalam game tersebut.
Counter Strike: Global Offensive merupakan evolusi terbaru dari first person shooter populer Counter Strike. Game tersebut menganut gaya permainan yang tidak berbeda dengan 2 game pendahulunya, Counter Strike dan Counter Strike: Source, dimana dua kubu, terorist dan counter terorist, saling beradu kemampuan untuk mengalahkan kubu lawannya. Dibandingkan kedua game pendahulunya tersebut, Counter Strike: Global Offensive memiliki kelebihan dari sisi tampilan visual. Selain itu, Valve juga menjanjikan sedikit perbaikan dari sisi gameplay dimana game tersebut akan menghadirkan pertempuran yang lebih adil dan berimbang bagi kedua pihak.

Developer Kingdoms of Amalur Diselamatkan!



Tidak ada berita yang lebih menyedihkan bagi seorang gamer selain melihat perusahaan-perusahaan yang berhasil menghasilkan game yang berkualitas, akhirnya harus tumbang karena alasan tertentu. Salah satunya adalah Big Huge Games yang baru mulai menikmati kesuksesan setelah berhasil meluncurkan Kingdoms of Amalur: Reckoning yang memang pantas untuk diacungi jempol. Kesulitan finansial dan utang yang menumpuk membuat developer ini harus gulung tikar. Sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat Big Huge Games sendiri sedang mengembangkan beberapa seri game yang layak untuk diantisipasi. Sebut saja game MMORPG futuristik Copernicus serta Kingdoms of Amalur: Reckoning  2. Namun dewi fortuna tampaknya masih menyertai developer yang satu ini. Di balik ketakutan dan kekhawatiran akan lenyap begitu saja dari persaingan di industri game, sebuah harapan tiba-tiba muncul. Epic Games yang selama ini terkenal lewat franchise Gears of Wars mereka, memutuskan untuk mengakuisisi semua sumber daya manusia yang sempat tergabung di dalam Big Huge Games. Bersama dengan talenta-talenta ini, Epic berencana untuk mengembangkan sebuah studio baru – Epic Baltimore.
Welcome back ex-Big Huge Games!
Epic sendiri secara terbuka menyatakan bahwa mereka akan menjadikan Epic Baltimore ini sebagai studio yang akan menangani franchise-franchise baru Epic. Sayangnya belum ada kejelasan apakah mereka akan mengizinkan para ex-Big Huge Games ini untuk tetap melanjutkan Copernicus dan Kingdoms of Amalur: Reckoning 2. Dengan bergabungnya “ide segar” ke dalamnya, semoga saja Epic Games akan mengembangkan lebih banyak franchise-franchise menarik di masa depan, tidak hanya bergantung pada Gears of Wars dan Infinity Blade.

Capcom Rilis Trailer E3 Devil May Cry





Mengerjakan seri reboot dari sebuah franchise ikonik yang sudah lama malang melintang di industri game memang bukan pekerjaan yang mudah. Inilah yang menimpa Ninja Theory setelah Capcom menyerahkan “sosok” Dante untuk dirombak dalam sebuah seri terbaru Devil May Cry. Gelombang kritik dan cacian terus menyerbu karena tindakan ekstrim Ninja Theory yang berani mengubah tampilan ikonik Dante menjadi sesosok anak muda dengan fitur yang sama sekali tidak merepresentasikan sosok karakter utama Devil May Cry. Jika Anda termasuk salah satu diantaranya, maka trailer terbaru dari E3 2012 ini mungkin akan “menampar” Anda dengan keras.
Tampaknya tidak hanya Crystal Dynamics yang akan tampil memesona dengan Tomb Raider Reboot, Ninja Theory juga berhasil membuktikan diri lewat trailer terbaru yang memperlihatkan basis cerita dan sedikit intipan gameplay di dalamnya. Para iblis dipercaya telah menguasai dunia lewat sistem-sistem sosial yang dibangun oleh manusia sendiri. Mereka menyamar dan membangun sebuah tatanan kehidupan yang memang ditujukan untuk melemahkan manusia, dari minuman, pekerjaan, media, hingga sistem ekonomi. Seperti desainnya yang menyerupai anak “punk”, Dante tampil sebagai seorang Demon Killer yang tidak segan untuk menabrak batas-batas sosial tersebut. Tujuan utamanya tentu saja satu: menghancurkan iblis utama yang bertanggung jawab atas invasi tersembunyi ini.









Dari sisi gameplay sendiri, Ninja Theory tetap menghadirkan atmosfer pertempuran yang masih identik dengan seri Devil May Cry di masa lalu. Pertarungan berjalan cepat dengan permainan pedang dan dual-gun yang ciamik. Anda termasuk gamer yang sering mengeluh tentang perubahan warna rambut Dante? Ia masih tetap akan hadir dengan rambut putih khasnya, hanya saja kini dalam kondisi power-up yang tampaknya akan memberikan efek damage yang lebih besar pada setiap serangan. Settingnya sendiri dibangun dalam setting yang jauh lebih realistis. Sebuah seri reboot yang pantas untuk diacungi jempol.
Devil May Cry (DmC) ini sendiri rencananya akan dirilis pada awal tahun 2013 mendatang. Anda tertarik?

Nintento Perkenalkan Kontroler “Pro” untuk Wii U




Nintendo ternyata masih menyimpan sebuah kontroler “rahasia” untuk produk console baru mereka, Wii U. Selain kontroler standar yang memiliki bentuk menyerupai perangkat tablet, Nintendo ternyata mempersiapkan model kontroler lain untuk Wii U. Kontroler tersebut disebut sebagai kontroler “Pro”!

Walaupun mengusung nama “Pro”, kontroler “baru” tersebut justru memiliki desain menyerupai kontroler standar untuk console saingan mereka. Kontroler “Pro” tersebut dilengkapi dengan dua buah analog, sejumlah tombol, dan juga dua buah trigger, mirip dengan apa yang ditawarkan Sony dan Microsoft di kontroler untuk console mereka, PlayStation 3 dan Xbox 360. Sayangnya, Nintendo belum menyampaikan secara mendetail kelebihan apa saja yang akan mereka tawarkan di kontroler “Pro” tersebut bila dibandingkan dengan kontroler standar.
Masing-masing produsen menempatkan kedua analog di posisi yang berbeda-beda di kontroler mereka.
Selain kontroler “Pro” tersebut, Nintendo juga memiliki dua kabar lain terkait kontroler untuk Wii U. Kabar lain pertama terkait dengan perubahan desain untuk kontroler standar Wii U. Bila pada desain sebelumnya, Nintendo hanya menyertakan dua buah circle-pad, di desain baru kontroler standar tersebut, Nintendo menggantinya dengan dua buah analog. Terdapat juga perubahan posisi beberapa tombol di kontroler desain baru tersebut bila dibandingkan dengan desain awal.

Sementara kabar lain kedua adalah terkait kompatibilitas kontroler Wii untuk Wii U. Nintendo menyatakan bahwa semua kontroler Wii akan dapat digunakan di console baru mereka tersebut.

Simak Trailer Gameplay Pertama .Hack Versus!





Menjadi karakter di dalam sebuah game online dan berpetualang di dalamnya memang menjadi sebuah konsep game RPG yang unik. Hal inilah yang ditawarkan oleh franchise .Hack lewat berbagai media visualisasi dari manga, anime, hingga video game. Menyambut kehadiran seri film terbarunya, Namco Bandai juga menyiapkan sebuah paket game fighting spesial ke dalam bundle blu-ray nya. Setelah sempat diperkenalkan lewat bentuk screenshot dan teaser, sebuah trailer gameplay akhirnya dirilis!
Tidak terlihat seperti sebuah game “bonus” dari film spesial yang sedang dipersiapkan, game fighting pertama .Hack yang diberi nama .Hack Versus ini menghadirkan kesan pertama yang mengesankan. Visualisasi lingkungan tampil dalam detail yang pantas untuk diacungi jempol. Secara mengejutkan, mekanisme gameplay nya tampil seperti game-game Naruto yang dirilis selama beberapa seri terakhir ini. Anda akan dihadapkan pada pertempuran dimana karakter Anda dapat bergerak secara bebas dalam dunia tiga dimensi. Gaya bertarung ditampilkan juga ditampilkan secara sinematik dengan gerakan-gerakan khas para karakter yang selama ini hanya dapat Anda temukan di versi RPG .hack.
Worth to anticipate!
Dengan waktu rilis yang semakin dekat, .Hack Versus tampil sebagai sebuah game eksklusif Playstation 3 yang menarik untuk diantisipasi. Memerankan Haseo dan bertempur dengan Sora dalam sebuah battle real-time? Mimpi yang menjadi kenyataan bagi para gamer penggemar .Hack!


Persona 3 Diadaptasikan Menjadi Film




Pesona seri RPG unik dari Atlus – Persona memang mencapai tingkat popularitas tertinggi ketika seri Persona 3 diperkenalkan untuk Playstation 2. Dengan menggabungkan elemen RPG dengan life-simulation yang mengharuskan Anda untuk bersosialisasi dan menjalani hidup sebagai seorang pelajar sekolah menengah, Persona 3 membuat banyak gamer RPG jatuh cinta padanya. Mengikuti kesuksesan seri ketiganya, Persona 4 yang membawa arah permainan yang serupa juga disambut dengan baik dan terhitung sukses di pasaran. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Atlus berusaha untuk mendulang lebih banyak “emas” dari franchise yang satu ini.
Selain merilis Persona dalam berbagai seri spin-off dan sekuel, Atlus juga mulai merambah dunia anime untuk memperkenalkan “sisi lain” Persona yang menarik. Persona 4 menjadi seri pertama yang melalui proses adaptasi dan mendapatkan respon positif, baik dari para gamer maupun para pencinta anime.  Namun sebuah kejutan hadir di bagian ending dari anime ini. Sesosok pria “familiar” dengan senjata api menembak kepalanya sendiri, sebuah adegan yang tentu akan mengingatkan Anda pada Evoker di Persona 3. Tidak lama berselang, ANN mengkonfirmasikan bahwa film adaptasi Persona 3 memang sedang dipersiapkan!
Persona 3 diadaptasikan menjadi sebuah film? As long as they got Kirijo in action, i got no complain..........at all..
Sayangnya belum ada keterangan yang lebih jelas tentang versi adaptasi yang akan dihadirkan untuk versi film ini, namun kemungkinan besar akan tampil dalam gaya anime layaknya Persona 4. ANN juga tidak menjelaskan tentang tanggal rilis atau seberapa lama film adaptasi ini akan dihadirkan. Satu yang pasti, ini akan menjadi film yang wajib dinantikan oleh para pencinta Persona 3. I mean, Misturu Kirijo in action?

Babel Rising Review


The Good

  • Unique concept  
  • Frantic strategy action  
  • Pleasant visual design.

The Bad

  • Repetitive  
  • Awkward motion controls.
Perhaps you remember the biblical tale of the Tower of Babel. Discouraged by the flood that wiped out most of humankind and not convinced that they should believe God's promise to never again flood the planet, Noah's descendants began to build a tower that they hoped would stretch to the heavens. The rationale was that if they put themselves out of reach of rising waters, they could live like they wanted without fear of reprisal. As the humans built that tower, God grew displeased and sent warnings in the form of lightning strikes that dismantled its uppermost reaches. Still the workers persisted. Finally, God scrambled everyone's speech patterns. Stupefied by their failure to communicate with one another, the workers scattered. Their efforts to construct the tower were abandoned.

Babel Rising tells that story in a more interactive form. You assume the role of God, and your job is to prevent the humans from constructing the famous tower. You're not ready to scramble brains just yet, though. Instead, you punish as many workers as possible, frying them with electrical bolts, blowing them every which way with howling winds, toasting them with fire, and drowning them in massive floods. Clearly, the game's developers took some liberties with the original story.
The game offers several control options and encourages play using the Kinect hardware. You might suppose that means the Kinect is the best way to play, but you're actually better off grabbing a standard controller. With the Kinect enabled, you spend too much of your time thinking about how you're supposed to move your body to issue commands, and any calibration issues are a huge deal because of the amount of activity and precision that are required to keep on top of things. Because no proper buttons are available when motion controls are used, the developers had to get creative. The result is even more work for you. For instance, you have to clap your hands each time you want to switch between skills instead of simply pressing a face button that corresponds to the ability you'd like to summon. Going controller free might have seemed like a good idea, but the setup is more frustrating than cool.

Once you start playing a stage, whether with the Kinect or with a standard controller, you find that you have some suitably awesome powers at your disposal. You can bring two out of four available elemental affinities with you into any stage (typically the two available are decided by the game on your behalf), and each of those affinities affords you two unique abilities and a related supreme power. For instance, the earth affinity lets you drop small boulders on the workers, crushing one at a time, or you can occasionally churn soil in a short wave and slaughter a few laborers in a line that you determine.
Once you charge that ability by using its weaker variations long enough, you can drop a massive boulder on the tower, and it will roll down and crush workers on the lower levels. Even standard abilities come with a cooling period that must be considered, which prevents you from being able to rely too much on any one skill. You need to switch abilities constantly if you want to keep slaughtering the workers who are purposefully attempting to construct the tower, and if you want to keep score multipliers in effect.



At first, that effort shouldn't prove difficult. Though the workers are persistent, they're not especially bright. They just march forward like mindless drones, and as long as you keep killing them, they won't be able to add much to the tower. However, they get sneakier once you advance a few stages into the game. You start seeing trouble-making priests among the rabble, for instance. They walk around with colored aura barriers shielding them from certain elemental attacks, so you have to hit them with specific attacks to do any damage. Other workers carry cursed urns. If you attack a worker, you break the urn and unleash a purple mist. That mist temporarily prevents you from continuing to use whatever ability broke the urn, which can be an absolute disaster. The urns are difficult to avoid destroying, too, because they're carried by raving lunatics who rush up the tower and gleefully run into your flames if you happen to drop an inferno on the scene. That sort of situation has a tendency to feel cheap, since there's not much you can do to prevent it.

There are other complications as well. The workers occasionally roll mobile towers up near their construction and start unloading additional workers until you destroy the towers. Such an occurrence can turn the tide rather quickly if you're not paying close attention. Depending on the objective for a given stage, you may also be required to sink ships at sea. Every few minutes, another fleet approaches, and you can switch to a view of the docks, where you can launch blazing fireballs and hopefully sink most or all of the approaching ships. Since the vessels move quickly, you have to anticipate their path and aim for the water ahead of them. If you miss the mark too many times and the level objective is to sink a set number of vessels, that can mean you are stuck trying to survive against the workers for another several minutes just so you can last long enough for an extra wave of ships to arrive.
Babel Rising grows tiresome quickly. Whether you're being asked to reach a certain score, endure for a set amount of time, or avoid smashing a certain number of urns, the stages play out in essentially the same manner. Since most stages can last for some time--sometimes well over 10 minutes per attempt--you can become frustrated just a few levels into the campaign (especially when controls or funky camera get in the way).

The visual design is nicely done, with well-animated laborers and attractive texture work that lends the proceedings a cheery vibe even when you're frying mortals to a crisp, but the music is too simple and repetitive, and the limited selection of tower designs can't keep things interesting for long. Even the option of local competitive and cooperative play for you and a friend fails to impress, since seeing everything becomes more difficult with the screen split down the middle. It's a shame there's no online option.
Babel Rising benefits from a unique core idea that provides a solid foundation, but it doesn't build on that in an interesting manner. A cheery visual presentation and a variety of skills help a little bit, but you won't have to play for long before you've seen most of what the game has to offer. The available Survival mode is nice if you want to challenge yourself, but it's difficult to remain enthusiastic about playing the game for long stretches of time, and that will likely keep the available leaderboards from inspiring you and any rivals. You'll find the start of a good game here, but like the Tower of Babel itself, the end product feels unfinished.