DICE MERASA GAME PERANG BERTEMA MODERN MULAI MENJENUHKAN

Jaman dahulu kala ketika channel televisi masih sedikit, kalkulator masih banyak digunakan, telepon seluler masih belum populer, laptop masih tebal, dan PC masih banyak dilengkapi dengan monitor tabung, game peperangan banyak yang memiliki tema Perang Dunia ke satu dan ke dua. Kini ketika jaman telah modern, game perang jadi banyak yang memiliki tema modern.

Menurut Karl Magnus Troedsson dari DICE, saat ini game perang bertema modern mulai menjenuhkan. Hal ini terjadi karena belakangan ini dimana-mana banyak ditemukan berbagai hal yang menggunakan tema modern.

Lalu tema apa yang tidak membosankan?

Menurut Troedsson, tren yang berjalan saat ini adalah meninggalkan setting modern dan menggunakan setting futuristik. Jadi perjalanan tren yang terjadi adalah dulu banyak yang membuat game bertemakan dinosaurus, lalu bertemakan Perang Dunia ke dua, lalu baru-baru ini bertemakan modern, dan akhirnya bergerak ke tema futuristik.

Beliau kemudian menekankan bahwa untuk menghilangkan kejenuhan ini tidak cukup hanya dengan mengganti era.

Sekedar melakukan pergantian era dirasakan suatu solusi jangka pendek dan sebenarnya yang dibutuhkan adalah suatu inovasi agar tidak terjadi kebosanan.

Game terbaru dari DICE, Battlefield 3 adalah game dengan setting Modern. Game mereka sebelumnya yang berjudul Battlefield 2142 di tahun 2006 memiliki setting Futuristik.

Read More

Download Game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness

Download Game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness - Download Game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness.Hai sobat intermezo,Kali ini saya akan berbagi Game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness.Pasti kalian pernah main game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos yang lawannya Yugi,Kaiba dan Joy kan . Nah yang ini versi terbaru dan lawannya baru dan lebih susah. Game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness ini dapat anda download secara gratis disini.
Screenshotnya:

Untuk download link silahkan klik dibawah.

Download Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness[mediafire]

Serial Number: DIJE1-3579-2468

 
Demikian mengenai Download Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness , selamat bermain dan jangan lupa jempolnya..!- Reviewer: irawan sukawinarta - ItemReviewed: Download Game Yu-Gi-Oh! Power Of Chaos Marik The Darkness

Read More

SHANK 2 REVIEW

Masih ingat dengan Shank? Sosok karakter berotot dan berbadan besar dengan ikat kepala merah, celana hitam, tangan berbalut perban, serta kedua buah pisaunya? Ya! Kini Shank kembali hadir masih dengan genre Action, Beat ‘em up, Side-scroller dengan judul Shank 2. Game yang dikembangkan oleh Klei Entertainment ini dapat dimainkan semenjak tanggal 7 & 8 Februari lalu untuk PlayStation 3 & Xbox 360, serta untuk PC, Mac OS X, dan Linux. Masih dengan ciri khas gaya ilustrasi ala komiknya, Shank 2 hadir kembali dengan perubahan sistem kontrol yang lebih baik dan nyaman. Tapi ada satu hal yang perlu diingat! Sebelum kamu melanjutkan untuk membaca review ini, sangat dianjurkan bagi kamu yang belum cukup umur untuk tidak meneruskan membaca karena akan ada beberapa adegan sadis yang akan kamu lihat dalam review game dengan rating dewasa (M) ini.

STORY

Tema cerita yang disajikan dalam Shank 2 tidak begitu mendalam. Yang perlu kalian tahu dalam konsep cerita Shank 2 adalah “Shank telah kembali untuk menghancurkan diktator militer korup yang bernama General Magnus. Tidak banyak hal yang bisa diulas dalam alur cerita, karena Shank 2 sendiri memang lebih memfokuskan pada gameplaynya. Terus maju, habisi musuh yang menghadang dengan cepat, lawan bos musuh di akhir level. Yup! Hanya itu.

GAMEPLAY

Pada aspek inilah game Shank 2 memiliki nilai lebih. Sistem pertarungan yang cepat dan sadis dengan ciri khas ala jagoan komik menjadi bumbu utama dalam game ini. Dengan sistem kendali yang lebih nyaman, AI yang lebih pintar, peningkatan fitur menu pemilihan senjata di tengah-tengah permainan, pastinya menambah keseruan dalam bermain di setiap levelnya. Shank 2 menyajikan dua mode permainan yaitu Campaign (Single Player) dan Co-op (Multiplayer) lokal maupun online.

Dalam mode campaign, kamu akan memainkan 8 buah level dengan lingkungan, musuh, serta bos yang berbeda. Meskipun pola permainan cukup repetitif yaitu terus maju dan kalahkan musuh, namun tantangan dan rintangan yang berbeda di tiap level akan membuatmu berpikir lain. Akan banyak adegan-adegan akrobatik yang dilakukan oleh Shank dalam menghadapi musuh maupun untuk melewati rintangan yang ada. Setiap jurus Shank yang kamu keluarkan dan kamu kombinasikan dapat menghasilkan combo yang hebat yang tentunya akan berpengaruh pada nilai akhir yang bisa kamu pamerkan discore board secara online. Selama permainan akan banyak penghargaan yang dapat dibuka tergantung seberapa tangkas kamu memainkan karaktermu menggunakan taktik bertempur demi mengalahkan musuh.

Dalam mode co-op multiplayer, akan ada 3 buah arena yang dapat kamu mainkan antara lain Down On The Farm, Bombed Church, dan I’m On A Boat! Dalam mode ini kamu diwajibkan untuk menjaga 3 buah pasokan amunisi (yang sebenarnya tidak bisa dimanfaatkan) dari serangan musuh kerdil yang suka memasang bom waktunya. Di samping mencegah bom waktu terpasang atau malah harus menjinakkan bom waktu yang sudah terpasang, kamu juga masih harus bertahan melawan serangan musuh baik besar maupun kecil yang datang dari segala penjuru. Belum lagi jika kamu berhasil bertahan melalui berbagai gelombang serangan tersebut hingga akhirnya kamu sampai pada gelombang serangan dengan musuh Zombie! Ya, zombie pun akan turut hadir menyerangmu dalam mode co-op ini! Namun jangan takut karena untuk menghadapi mereka kamu akan dipersenjatai dengan berbagai item yang dapat kamu beli untuk membantumu bertarung selama permainan seperti: war boar, decoy, machine gun, flame thrower, turret, hingga bala bantuan roket.

Penghargaan berupa medali bisa didapatkan dalam kedua mode permainan. Untuk beberapa bonus, nantinya kamu akan dapat memainkan bonus karakter baik pada mode campaign maupun co-op. Pada mode campaign, pemilihan karakter yang berbeda tidak berpengaruh pada permainan karena hanya sebagai skin semata. Namun untuk mode co-op, pemilihan jenis karakter memiliki kemampuan & efek yang berbeda, seperti misalnya karakter The Defender memiliki kemampuan spesial menjinakkan bom waktu lebih cepat dan bisa mendapat diskon untuk setiap pembelian item senjata pada mode co-op. Tiap karakter memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tinggal pandai-pandainya kamu memilih karakter yang akan kamu mainkan dalam mode co-op nantinya.

GRAPHIC

Komik dan Sadis adalah dua kata yang tepat untuk menggambarkan grafis pada game ini. Ilustrasi karakter komik pahlawan yang kental dengan penggambaran otot yang besar, garis-garis outline karakter dan lingkungan yang tegas dan tajam, membuat gamer serasa memainkan sebuah komik yang bergerak. Namun sayangnya Shank 2 bukanlah “komik” yang dapat dibaca, ditonton, dan dimainkan oleh semua umur. Akan banyak adegan sadis dan berdarah selama permainan yang tidak cocok bagi mereka yang belum cukup umur. Jadi maklum saja dalam review ini ada beberapa adegan sadis yang terpaksa disensor untuk menghindari hal yang tidak-tidak 

SOUND

Latar musik untuk sebuah game aksi sebenarnya sudah bagus. Namun karena variasi musik yang ada terlalu sedikit, seringkali dipaksakan untuk mengisi cutscene yang ada, dan kebanyakan timing-nya tidak tepat sehingga menghilangkan unsur keren gameaction di dalamnya. Tapi tidak untuk efek suara. Efek suara yang disajikan mulai dari tikaman pisau ke tubuh musuh, desingan peluru, serta baku hantam dengan tangan kosong maupun benda-benda berat sekitar, dirasa sudah cukup untuk game aksi ini. Yang perlu diingat, akan sangat sedikit adegan jagoan kita berbicara dalam game ini. Hmm, cocok dengan figurnya yang tidak banyak omong dan tanpa ampun terhadap musuh-musuhnya.

LONGEVITY

Lingkungan dengan tantangan yang berbeda di tiap levelnya, jenis musuh dengan kemampuan yang ada, serta pola serangan musuh bos yang berbeda sangat berpengaruh dalam tingkat lama waktu bermain. Dalam mode campaign, untuk menamatkan mode Normal dibutuhkan waktu sekitar 4 jam, sedangkan untuk mode Hard tidak terlalu jauh berbeda dengan mode Normal, yaitu sekitar 4 jam 30 menit. Yang membedakan hanyalah tingkat damage yang kita dapat lebih besar pada mode Hard, sedangkan untuk tingkat kesulitan AI musuh, hampir sama dengan mode Normal.

REPLAYABILITY

Meskipun bisa saja gamer kurang begitu puas dengan gameplay mode campaign dengan cerita yang datar dan permainan yang repetitif, namun dengan hadirnya berbagai item rahasia serta banyaknya penghargaan medali yang dapat dibuka membuat game ini memiliki nilai lebih untuk dimainkan berulang kali. Terlebih pada mode co-op yang cukup seru dan menegangkan untuk dimainkan bersama teman. Lama waktu perolehan medali tersebut tergolong singkat. Sayangnya setelah mengoleksi 100% semua trophy, gamer tidak menemukan alasan untuk memainkan game ini kembali, kecuali untuk pamer skor tertinggi dalam score board yang ada.

CONCLUSION

Game 2D penuh aksi yang menarik dengan banyak jurus akrobatik dan adegan sadis berhasil disajikan dalam permainan Shank 2 ini. Banyak item, karakter, & penghargaan rahasia yang dapat dibuka membuat game ini cukup menyenangkan untuk ditamatkan 100%. Namun ada beberapa kelemahan seperti latar musik yang terlalu datar serta sedikit penurunan framerate di beberapa area stage, dan lag setiap menyelesaikan level campaign membuat game ini sedikit terkesan dikembangkan secara asal-asalan untuk konsol. Mungkin kinerjanya akan lebih bagus jika dimainkan pada versi PC.

Artikel Terkait:

Read More

MYTHIC SAGA (ID) REVIEW

Jika kalian adalah penggemar MMORPG Asia yang ‘khas’ dengan grinding serta item mall oriented, serta openPK, dan tidak memiliki masalah dengan tipe permainan seperti itu, mungkin Mythic Saga (Indonesia), MMORPG web based terbaru dari Voomga ini bisa menjadi pilihan. Karena game ini adalah web based, maka persiapkan saja browser dan flash player kalian, lalu lakukan register di situs resmi Mythic Saga dan mulai bermain.

Ada 4 job class dan 3 faction berbedayang bisa dipilih pada game ini. Faction ini melambangkan daerah asal kalian, dan ketiga faction ini tidak akur alias saling bertikai. Nah, inilah elemen PK yang ada dalam Mythic Saga.

Kalian akan memulai petualangan di Mythic Saga pada suatu tempat yang tampak seperti khayangan atau surga. Well, kurang lebih seperti itu. Kalian adalah pejuang yang terlahir kembali ke dunia yang penuh kekacauan. Nah, singkatnya latar belakang cerita dari Mythic Saga memang seperti itu. Well, sepanjang game dan seiring dengan naiknya level, kalian akan mendapatkan potongan-potongan storyline saat menyelesaikan quest tertentu yang akan disampaikan melalui narasinya NPC.

Nah, menyoal sisi visual, Mythic Saga (MS) mungkin akan mengingatkan kalian pada game-game 2.5D seperti Conquer Online ataupun GoKong Online. (Jika MS tampak ‘kecil’ atau sedikit terpotong pada browser kalian, silahkan gunakan fasilitas full screen pada browser). Saya tidak pernah komplain dengan kualitas grafis pada web based, karena bukan hal itulah yang ingin saya dapatkan, melainkan gameplay dan pengalaman bermain.

Jika berbicara soal gameplay, nah, bagi kalian yang agak alergi dengan grinding, mungkin MS memang bukan game yang cocok untuk kalian. Pada 20 level pertama di MS akan terasa amat mudah dan cepat, cukup mengklik-klik NPC saja dan tiba-tiba kalian sudah berada di level 20. Pembelajaran mengenai MS akan diberikan pada 20 level pertama, termasuk basic-basic pada game, seperti cara menyerang dan menggerakkan karrakter. Namun, ‘pemanasan’ untuk memasuki grinding baru muncul saat karakter menyentuh level 25 ke atas. Jika karakter kalian sudah mencapai level 45 ke atas, maka proses grinding sesungguhnya akan dimulai.

Namun rasanya agak tidak bijak jika teralu memfokuskan diri pada grinding, karena MS sebetulnya memiliki beberapa fitur khas MMORPG yang bisa menjadi alternatif di kala bosan grinding. Misalnya fitur instance dungeon yang bisa diakses maksimal 2 kali sehari, dan beragam quest harian. Dan jangan lupakan fitur PvP dan PK dalam MS ini. Well, kalian bisa melakukan PK terhadap pemain yang lain bangsa dengan kalian. Pertama-tama, kalian harus menyerbu kota bangsa tetangga baru bisa melakukan PK. (Berhati-hatilah jika kalian masih level kecil, karena memang cukup rentan untuk di-PK.)

Instance dungeon juga bisa menjatuhkan item yang berguna untuk upgrade equipment. Jika kalian tidak sabar untuk melakukan upgrade, maka kalian bisa memperolehnya item yang dibutuhkan melalui fitur item mall. Sebetulnya, sebagian besar item yang dibutuhkan untuk upgrade memang harus kalian beli melalui item mall, tetapi jika kalian sabar maka kalian tetap bisa memperolehnya melalui instance dungeon harian

Fitur lainnya yang bisa dijumpai dalam MS tidak jauh berbeda dengan MMORPG sejenis, misalnya saja guild, party, crafting item, mount, pet (relic). Lalu jika kalian tidak memiliki kesempatan untuk login setiap hari, atau kalian ingin memainkan game ini sembari AFK, maka MS memberikan fitur auto quest (sehingga karakter kalian bisa hunting secara otomatis), meditasi (karakter kalian akan mendapatkan exp points dan energy secara bertahap) dan offline reward (reward berupa exp points dan energy akan diberikan pada saat kalian online kembali).

Memang, MMORPG ini tidak memiliki fitur ‘mencolok’ dan kebanyakan fiturnya hanya pengulangan saja dari MMORPG web based sejenis. Tetapi, ‘kesederhanaan’ itulah yang malah menjadi daya tarik Mythic Saga ini. Kontroling yang tidak rumit, serta game yang mudah dipelajari adalah kelebihan lainnya dari game seperti ini. Mythic Saga mungkin akan terkesan grinding oriented serta ‘pay to win’ bagi sebagian pemain. Namun, seperti yang saya katakan di atas, jika kalian tidak keberatan dengan 2 hal tersebut, maka Mythic Saga bisa dijadikan pilihan.

Read More

ASPHALT 7: HEAT REVIEW

Beberapa waktu yang lalu, pihak Gameloft telah merilis seri terbaru dari game racing andalan mereka bagi iOS yang diberi judul Asphalt 7: Heat! Lalu apakah game ini dapat memberikan apa yang diharapkan oleh gamers?

Gameplay

Asphalt 7: Heat ini melanjutkan tradisi Asphalt, yaitu mengusung genre arcade racing. Jadi jangan membandingkan gameplay dalam seri ini dengan simulation racing seperti Real Racing series. Jika dalam console, seri Asphalt ini mungkin dapat dikatakan sangat mirip dengan Burnout series.

Ada tiga pilihan mode yang dapat kita coba dalam game ini, yaitu multiplayer, dimana kita dapat bermain bersama teman kita dengan menggunakan koneksi Wi-Fi mauapun Bluetooth, atau dapat melawan berbagai musuh dari penjuru dunia dengan menggunakan fitur LIVE! dengan koneksi Wi-Fi. Saat kami mencoba fitur LIVE! Ini, belum banyak yang memainkannya, namun saat race, tidak terasa adanya lag yang berarti. Mode kedua adalah Quick Race, dimana kita dapat melatih skill racing kita dengan menggunakan mobil yang sudah kita beli sebelumnya.

Yang jelas, fitur utama dari Asphalt 7: Heat ini adalah Career mode, dimana kita dapat akan dapat melakukan level up, serta dapat melakukan membuka pilihan berbagai mobil serta items, seperti vinyl, upgrade dan lainnya. Tentu saja semakin tinggi level kita, semakin banyak pula mobil yang dapat kita beli.

Career mode ini sendiri akan dipenuhi dengan berbagai event yang bervariasi. Mulai dari standard races, elimination – event dimana yang paling akhir akan tereliminasi, time challenges hingga “Beat ‘Em All”, dimana event ini bukan merupakan racing murni, melainkan event dimana kita harus “menghancurkan” mobil lawan kita. Variasi event ini merupakan salah satu daya tarik game ini yang membuat racing dalam Asphalt 7: Heat ini tidak membosankan.

Saat melakukan racing, kita akan melihat berbagai items yang tersebar sepanjang track, seperti in-game money, nitros, power ups hingga masih banyak lagi. Saat melakukan race, style kita saat membawa mobil juga akan dinilai, seperti melakukan drift, near miss dan lainnya. Kita juga akan diberi pilihan untuk melakukan in-game mission setiap race serta dapat memilih sponsor.

Musuh-musuh yang ada dalam game ini cukup baik, tentunya tergantung level kita memainkan game ini. Mereka akan dapat menyulitkan kita saat posisi berdekatan. Namun ketika posisi agak jauh, jarang ada AI musuh yang dapat mengejar kita.

Control dalam game ini cukup baik. Kita dapat memilih 4 pilihn control, kami sendiri lebih suka memilih default control menggunakan tilt dan auto accelerometer. Kita juga akan dapat melakukan setting sensitivity bagi masing-masing mode control yang ada. Control yang ada juga sangat responsif.

Graphics

Grafis dalam Asphalt 7: Heat ini cukup mengagumkan. Dengan memanfaatkan retina display, grafis terlihat cukup tajam dan detail di iPhone 4, device yang digunakan untuk melakukan review game ini. Sebelum melakukan racing, mungkin environment yang ada sedikit terlihat kaku, namun ketika kita melakukan racing, kita dapat melihat bagaimana pencahayaan, serta detail yang ada cukup baik. Sayangnya in car camera yang ada dalam Asphalt7: Heat ini belum dapat menyaingi Real Racing series. Disini tidak ditawarakan mode cockpit view.

Asphalt 7: Heat ini menawarkan sekitar 60 mobil yang dapat kita gunakan di 15 track lokasi yang berbeda. Dan setiap mobil tersebut terlihat sangat detail. Kita dapat melakukan customization bagi mobil kita, baik untuk meningkatkan kemampuan maupun memperindah visual. Saat memilih mobil kita juga dapat melakukan zooming untuk melihat detail mobil-mobil tersebut.

Audio

Audio dalam game ini juga tidak dapat dikatakan buruk. Mulai dari suara derum mesin, ban, nitro hingga suara saat terjadi “crash”, semuanya terdengar cukup baik. Demikian juga dengan soundtrack yang ada. Lagu-lagu disco-techno terdengar cukup pas untuk meningkatkan adrenaline kita saat memainkan game ini.

Selama melakukan racing, kita akan mendengar suara wanita yang menjadi komentator. Awalnya lumayan, namun lama-kelamaan, hal ini mulai terasa menggangu dan terdengar sedikit “lucu”.

Replayablity

Seperti yang sudah ditulis diatas, Asphalt 7: Heat ini akan menawarkan 60 mobil di berbagai racing mode yang sangat bervariasi. Carrer mode akan menawarkan 15 league dengan sekitar 150 total race. Hal ini sudah cukup membuat nilai replayability game ini cukup tinggi. Belum lagi dengan dukungan mode multiplayer yang cukup lengkap.

Closing Comments 

Dari review diatas, tampaknya Gameloft kembali berhasil membuat sebuah game racing yang menarik, terlepas dari beberapa kekurangan yang ada. Tapi, jika kita sudah sering memainkan seri Asphalt, maka kita dapat menyadari bahwa seri ketujuh ini nyaris tidak ada hal baru sama sekali yang ditawarkan.

Walaupun minim inovasi, namun dengan core yang sudah cukup kuat dipadu dengan grafis yang lebih baik, membuat game ini sangat pantas untuk kita coba. Salah satu alasan yang menggoda lainnya, game ini dijual di AppStore dengan harga yang relatif cukup murah, yaitu $0.99! Sayangnya hingga review ini ditulis, belum ada kepastian kapan versi Android akan menyusul.

Read More

Review Game Asphalt 6 Adrenaline

Para gamer akan di suguhan menarik dari Edisi terbaru dari game Asphalt 6, Asphalt 6 edisi terbaru menampilkan 42 mobil dan motor beberapa merek seperti Aston Martin, Ferrari, Lamborghini, Ducati, dan lain sebagainya. Dalam edisi Asphalt 6 ini para gamer dapat mengisi garasi mereka dengan mobil-mobil dengan tampilan 3D. Anda juga dapat memilih arena balapan seperti di The Bahamas, L.A., Tokyo dan track sirkuit yang lainnya. dengan tampilan Grafis yang dinamis dan berkelas. ada banyak fitur yang disediakan anda juga dapat menggunakan 11 tempat dan 55 even serta fitur online sehingga game ashpalt memainkan game secara online.

Rasakan sensasi balap arcade seperti sebelumnya dalam permainan adrenalin dalam edisi terbaru dari seri Aspal.

Screenshot Game Asphalt 6 Adrenaline

 

Berikut detil Game game Asphalt 6
Kategori: Games
Versi: 1.3.7
Lisensi : $0.99
Bahasa: English, Chinese, French, German, Italian, Japanese, Korean, Portuguese, Spanish
Seller: Gameloft S.A.
Download :

• Android : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.gameloft.android.ANMP.GloftA6HP
• iOS : http://itunes.apple.com/us/app/asphalt-6-adrenaline/id400973408?mt=8

Read More

The Witcher 2

Namanya Loredo. Dia adalah komandan milisi sekaligus pemimpin desa kumuh bernama Flotsam. Loredo berperangai buruk, korup, sadis, sembrono, dan ditakuti oleh hampir semua warga desa. Belum lagi dia adalah dalang di belakang perdagangan barang-barang ilegal, narkotik, pelacuran, dan pengucilan ras-ras non-manusia. Sekarang dia mengajukan penawaran pada Geralt: jika Geralt berpura-pura kalah pada final pertandingan tinju gaya bebas ini, dia akan membagi sepertiga hasil kemenangannya.

Geralt sudah berjuang keras untuk mencapai titik ini. Awalnya dia bertinju hanya untuk menghabiskan waktu luang, namun setelah beberapa kali menang, semuanya berubah serius. King Ziggy, promotornya yang bermata juling telah menginvestasikan cukup banyak uang dan kepercayaan agar Geralt bisa memenangkan turnamen ini. Pilihannya terasa cukup sederhana. Namun yang Anda harus sadari, game ini adalah The Witcher 2: Assassins of Kings – Enhanced Edition, dimana player disajikan berbagai pilihan serta konsekwensi yang absolut dan tak kenal ampun. Di dunia The Witcher, tidak ada pilihan baik ataupun buruk. Seorang wanita yang Anda selamatkan nyawanya bisa saja menjebak serta menghianati Anda dengan kejam.

Pasti Anda bertanya, “Bukannya The Witcher 2 sudah lama dirilis? Mengapa di-review lagi?” Sama seperti pendahulunya, The Wicher 2 juga mendapatkan sebuah update raksasa: Enhanced Edition. Update gratis (khusus untuk Anda yang sudah memiliki The Witcher 2) ini dirilis bersamaan dengan peluncuran The Witcher 2 di Xbox 360. Jika Anda memutuskan untuk mengunduh semua patch dan ke-empat pilihan bahasanya, total semua file mencapai kurang lebih 15GB. 15GB bukanlah hal main-main.

Phat loot

The Witcher 2, yang dirilis tahun lalu, adalah sebuah game yang tidak biasa. Game ini ditujukan untuk player dewasa, dan tidak pernah memberikan sebuah kesan klise yang biasa kita temukan pada game lain. Politik dan intrik berpengaruh dalam segala aspek gameplay, membuat Anda berpikir lebih dari tiga kali untuk memutuskan suatu pilihan.

Anda bermain sebagai Geralt of Rivia, seorang Witcher, manusia termutasi yang hidup dengan satu tujuan: mencari nafkah dengan membunuh monster dan makhluk non-duniawi lain yang mengancam nyawa manusia. Mutasi yang dia jalani ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah agar Geralt imun kepada berbagai macam penyakit dan infeksi, serta agar ia bisa meminum racun dan ramuan berbahaya yang bisa membantunya dalam menghabisi musuh.

Dengan Enhanced Edition, CD Projekt Red memberikan Anda ratusan fix dan patch untuk memperbaiki dan menyeimbangkan gameplay, lebih dari empat jam gameplay tambahan, lebih dari setengah jam cinematic, termasuk juga beberapa mode permainan yang Anda dapatkan dari patch Version 2.0: Dark Mode yang sulit namun memberikan player berbagai artefak tambahan, Arena Mode – yang secara mengejutkan sangat menyenangkan -dimana player berkompetisi untuk mendapatkan skor tertinggi dengan membunuh berbagai jenis musuh berbeda, hingga hadirnya mode tutorial.

Enhanced Edition juga memberi operasi kecantikan bagi The Witcher 2 yang sesungguhnya adalah salah satu game dengan grafis terindah. Segala objek dan environment yang ada di dalam The Witcher 2 terlihat indah dan detail, bahkan untuk suatu benda remeh yang tidak bisa diinteraksi. Namun berbeda dengan RPG fantasi lain dimana Anda disodori art direction megah dan arsitektur-arsitektur marmer menawan, dunia The Witcher 2 terlihat kumuh dan kotor. Dan hal ini sangat mendukung latar belakang cerita dan memperkuat atmosfer game: dunia The Witcher dipenuhi konflik dan perang sipil, ras non-manusia dikucilkan, dianggap sebagai warga kelas dua, menyulut api kebencian ratusan tahun. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Geralt, sebagai seorang manusia dan juga seorang mutan, terjebak tepat di tengah-tengah konflik ini.

Namun sayang, fitur Ubersampling masih tetap mencekik PC kelas mainstream. Jadi jika Anda memiliki PC kelas mainstream, akan jauh lebih baik untuk melupakan Ubersampling. Tanpa fitur ini, game masih terlihat cantik di PC dan framerate pun jauh lebih nyaman. CD Projekt Red nampaknya juga berusaha keras memperbaiki lip-sync, namun untuk beberapa karakter NPC sekunder, kita masih bisa melihat sedikit beberapa kejanggalan kecil. Namun jika Anda mempertimbangkan teknologi pencahayaan, The Witcher 2 berada di atas angin.

Enhanced Witchey

Beberapa hal yang perlu diacungi jempol adalah voice acting dan penciptaan karakteristik tiap individu: Anda bisa menangkap rasa sombong dari tiap kata yang dikeluarkan oleh Iorveth, Zoltan yang selalu di bawah pengaruh alkohol, hingga King Foltest dengan karakteristik Shakesperean yang membuat dirinya mudah dicintai walaupun Anda hanya bertemu dengannya sebentar. Protagonisnya, Geralt of Rivia, bukanlah karakter pahlawan yang biasa Anda temui di dunia fiksi lain, dia dingin, terkadang herois namun juga oportunis, terkadang tulus namun terkadang materialistis. Tiap karakter NPC memiliki keinginan masing-masing, dan kadang mereka tidak segan untuk berbohong dan menipu untuk mendapatkan hal yang mereka mau.

Penulisan jalan ceritanya sangat luar biasa, bahkan beberapa side-quest disajikan dengan sangat anggun dan membuatnya membekas selalu di benak Anda. Favorit kami adalah ketika Geralt harus mencari dua orang petualang yang terjebak di bekas rumah sakit jiwa berhantu. Beberapa lore terasa rumit dan berlapis, namun sangat pas jika diimplementasikan ke dalam dunia ini. Pilihan penting yang disajikan di akhir Part 1 akan memisah game secara signifikan, meningkatkan tingkat replay-value, dan membuat The Witcher 2 sebagai game RPG story-driven linear terbesar dan paling kompleks yang pernah ada, bahkan melewati kelas trilogi Mass Effect dan Dragon Age.

Quest sederhana seperti “hancurkan sarang Nekker” memberikan Anda berlapis-lapis hal yang harus dipertimbangkan. Nekker adalah monster yang bersembunyi di dalam tanah, menunggu dengan sabar untuk menyergap korban yang tidak berhati-hati dan menyerang bersama-sama. Sudahkah Anda mempersiapkan silver sword? Jika sudah, seberapa jauh Anda mempelajari habitat dan kebiasaan hidup Nekker? Perlukah Anda meminum Swallow dan melumasi pedang dengan racun? Sudahkah Anda mempertimbangkan untuk memasang perangkap lebih dulu dan menyiapkan bom? Dalam The Witcher 2, tahap persiapan dan pematangan strategi sangat penting, serta sangat menentukan antara keberhasilan dan kegagalan. Tidak seperti di game lain, Anda tidak bisa meminum health potion saat pertempuran dan men-spam-nya ketika nyawa berada di ujung tanduk.

Pertempuran yang Anda lakukan adalah kombinasi dari hack and slash, keakuratan, pemikiran matang, dan pemilihan waktu yang sempurna. Geralt diberikan dua jenis pilihan pedang: perak dan baja. Pedang baja cocok untuk mengatasi para bandit, pemberontak Scoia’tael, dan manusia pada umunya. Pedang perak tepat untuk membunuh segala jenis monster dan undead. Dua jenis pedang inilah yang menjadi ciri khas Geralt. Yang Anda harus pahami adalah tiap musuh memiliki pola serangan dan kelemahan yang berbeda, jika Anda keliru dalam eksekusi, Geralt akan kehilangan nyawa begitu saja.

At the end of the day

The Witcher 2 bisa kita analogikan dengan sebuah karya seni kontemporer dari seorang artis muda berbakat. Game ini akan membuka mata sebagian khalayak gaming yang mendamba sesuatu yang baru dan inovatif, namun terkadang mendapat kritik pedas dari khalayak konservatif. Game ini sungguh berani, dalam arti konotasi dan denotasi: The Witcher 2 tidak malu menampilkan adegan dewasa, namun game ini juga sangat mengerti bahwa Anda adalah gamer dewasa yang berpikiran terbuka. Game ini juga tidak segan-segan untuk mengutarakan lelucon-lelucon konyol yang jelas terinspirasi dari trilogi The Lord of the Rings hingga Assassin’s Creed.

The Witcher 2 mungkin bukan game untuk semua orang, tapi kami yakin segala kecemerlangan yang ada di dalamnya akan menjadi buah bibir dan komparasi dengan game-game lain hingga bertahun-tahun ke depan. Jika Anda belum sempat mencoba The Witcher 2 ketika dirilis tahun lalu, sekarang adalah saat yang tepat untuk menyelami Tameria yang penuh intrik. YW/ER

Read More

Capcom Umumkan Marvel VS Capcom: Origins

Bukan Capcom namanya jika perusahaan ini tidak bisa mencari uang dengan kebijakan-kebijakan “mudah”, tetapi menguntungkan. Dicitrakan sebagai perusahaan yang rajin menjual DLC, Capcom juga merupakan salah satu publisher yang sering merilis ulang game-game lawas andalannya dalam bentuk HD Remake. Setelah Devil May Cry dan Resident Evil yang mencapai kesuksesan yang luar biasa, Capcom kini berusaha menjajal potensi pasar yang sama dengan merilis sebuah seri baru – Marvel vs Capcom: Origins.
Apa itu Marvel VS Capcom: Origins? Apakah ia merupakan kelanjutan dari Ultimate Marvel VS Capcom 3? Atau ia menjadi DLC terbaru dari seri teranyar ini? Seperti yang sudah diprediksi, Capcom tidak akan merilis seri terbaru begitu cepat. Marvel VS Capcom: Origins merupakan versi remake dari seri perdana game fighting crossover ini. Benar sekali, Anda akan mendapatkan satu paket: Marvel vs Capcom dan Marvel Super Heroes di dalamnya dengan harga, “hanya” USD 15. Marvel vs Capcom: Origins ini sendiri akan dirilis lewat XBOX Live Arcade dan Playstation Network. Selain sedikit perombakan grafis, Origins juga akan menghadirkan mode kompetitif online.
Tertarik?

Read More

Virtua Fighter 5 Final Showdown Review

The Good

• Some of the richest, most complex fighting gameplay around  
• Solid online gameplay with well-done netcode  
• Option-packed customization DLC offers a lot of value  
• Offers some of the best tutorial and training modes in modern fighters.

The Bad

• Single-player mode is weak compared to previous iterations  
• No way to earn customizations without DLC.

The modern renaissance of fighting games that began with the release of Street Fighter IV has had many positive effects on the genre. It has brought new players into the fighting game fold, and the increased audience allows for classic series that may have fallen by the wayside to be revived and put in the hands of new players eager to see the diverse breadth of experiences the genre has to offer. The original iterations of Virtua Fighter 5 released in 2007 struggled to make an impact: the original PlayStation 3 release lacked any sort of online play, while the Xbox 360 version debuted amid numerous other high-profile releases. Despite positive reviews, the original VF5 didn't make many waves.

Virtua Fighter 5 Final Showdown plays host to some of the most satisfying smackdowns in the genre.

Virtua Fighter 5 Final Showdown takes a different approach. Rather than being a full-priced disc release, it's a 1,200 MSP downloadable game available through Xbox Live Arcade. Instead of emphasizing the single-player quest modes of the original release, the game is geared toward competitive play, with a robust online matchmaking engine and in-depth training and tutorial modes. You don't earn items to customize your characters in-game; you buy downloadable customization packs that contain hundreds upon hundreds of items, costumes, and colors for each fighter. To top it all off, the game engine has received a significant overhaul, making the game more accessible to new players while adding depth and gameplay tweaks that longtime VF fans will find refreshing. The result is a package that, while somewhat lacking in certain respects, represents a tremendous value.
At first glance, Virtua Fighter is deceptively simple: there are only three buttons (guard, punch, and kick), no super meters or other gauges, and rings of varied size and shape to fight on. Once you begin playing, however, the game's depth gradually opens up. The three buttons, used in tandem with certain joystick movements, open up hundreds of different commands for each character, with each individual skill having numerous unique properties and potential uses. Every character has a wealth of different strikes, holds, throws, and counters of varying heights, speeds, and damage properties. The skills are based (sometimes rather loosely) on true-to-life martial arts, so don't expect the flashiness of massive fireballs, energy swords, or divekicks from across the length of the screen.
The more-grounded basis of Virtua Fighter doesn't make the game any less exciting, however: matches are fast-paced, tense, and involve more up-close-and-personal beatdowns. The smoothness and detail of the individual character animations accentuate the thrill of combat; the sheer satisfaction of landing a particularly complex and damaging combo or a rarely seen, off-the-wall throw is immense. Characters also come with unique properties that affect the way they play: tiny luchador El Blaze can dash speedily around the ring, drunken master Shun Di gains improved moves when he's plastered (yes, really), and gargantuan sumo Taka-Arashi's massive size renders him harder to knock down and hit with combo strings, to give a few examples.

Shun Di and Lei Fei compete in the most epic Chinese martial arts bald-off of all time.

There's a lot to each character in Virtua Fighter, and thus the learning curve is a bit steep. Thankfully, Virtua Fighter 5 Final Showdown offers robust training and tutorial modes to help both new players who are learning VF for the first time and longtime fans who might need to adjust to the gameplay changes from the original VF5. The tutorials start from the very basics of attacking, dodging, and guarding, and continue all the way to the new throw-escape system and advanced movement techniques.
Training mode, meanwhile, offers numerous ways to analyze and practice your newly learned skills, including numerous detailed input displays (complete with frame data for advanced players) and notations on how and where moves strike you or your opponent. The training dummy can also be set to react in a plethora of ways, including switching up command strings at random so you can practice anticipating and countering troublesome mix-ups. Replays of offline and online matches can also be saved, shared online, and carefully analyzed with similar tools to the training mode. 

Read More

Pokemon Conquest Review

The Good

• Territory expansion and kingdom management are satisfying  
• Plenty of precious Pokemon to collect  
• Puts classic Pokemon themes in a new setting  
• Gimmick-filled fighting arenas make for unique battles.

The Bad

• Combat is far too slow-paced and easy  
• Pokemon combat abilities are too limited  
• Certain gameplay elements aren't explained well.

The Pokemon franchise has thrived for decades as a collect-'em-all adventure, but the potential for more outlandish experiences has always been there. Enter Pokemon Conquest. One part management simulation, one part combat extravaganza, this new approach to the expansive universe forces you to think beyond the rock-beats-paper routine that has been a staple since red and blue were the only colors that mattered. Although this dose of inventiveness breathes some fresh air into a sometimes stagnant world, the combat has been simplified to such an extreme that much of the fun is sapped away.

Fire walk with me.

Pokemon Conquest takes place in the faraway land of Ransei, an island country modeled after Japan. You begin as an up-and-coming warlord. It's important to note that in this universe, warriors and warlords aren't highly trained soldiers that terrorize the battlefield--they're special individuals with the innate ability to train and control Pokemon to do the terrorizing for them. The local legend states that once Ransei is united, a legendary, incredibly powerful Pokemon will appear, and there are those who want such power for themselves.
The characters in the game are based on real-life historical generals from Japan's tumultuous Sengoku era (though copious liberties have been taken with their portrayals), and much as they did in reality, they are constantly fighting over territory in Ransei. The primary villain, Oda Nobunaga, is likely familiar to anyone who has played a game in this setting before, and he's out to wreak havoc by using the legendary Pokemon to destroy Ransei. It's up to you to conquer and unite Ransei's kingdoms under your banner and put a halt to Nobunaga's ambitions.
You shift between two primary game modes in Pokemon Conquest: simulation and combat. In simulation mode, you're in charge of managing your kingdoms, warriors, and resources by moving a cursor about a map of Ransei. Each kingdom has an array of facilities, including shops, energy-restoring Ponigiri dealers, and unique structures that confer stat boosts or produce bonus items. Up to six warriors can be stationed in a given kingdom, and the arena lets you recruit and train new warriors as well as new Pokemon.

Never underestimate the strength of a Tepig with a historical pretty boy behind him.

The simulation mode is turn-based, with each warrior getting a single action per turn, thus forcing you to think carefully about how you want to spend your time and resources. For example, do you want to spend a turn feeding a warrior's Pokemon to raise its energy for a while, or instead risk sending it into a skirmish in a weakened state to try to boost its strength? Using your time wisely and strategizing effectively helps you expand your kingdom and build your Pokemon army's strength, and seeing the results is satisfying. The simulation sequences are enjoyable, though they may take some getting used to since some of the elements of this mode aren't explained well in-game.
What will ultimately determine your success as a unifier of Ransei, however, are the combat sequences. These play out in typical strategy-RPG format: you and your opponent take turns moving characters around a grid-based combat arena, using your Pokemons' movement and combat skills to try to either eliminate your opponent's troops or perform another victory objective within a certain turn limit. Things like spacing, arena height, and positioning all play a key role, because certain Pokemon use exclusively ranged or crowd-clearing attacks, and friendly fire can and does happen.   

Read More

Trine 2 Review

The Good

• Gorgeous visuals  
• Fun, open-ended physics puzzles  
• Smooth, accessible platforming  
• Fun co-op, online and off.

The Bad

• Unremarkable story.

With the wholesome appeal of a fairy tale, Trine 2 is unapologetically packed with comfortable tropes. Like the first game, it stars a trio of classic fantasy heroes: a merry knight, a sly thief, and a nervy wizard. Their adventure bustles them through ye olde tale of rescue the princess--via enchanted forest and murky cavern, wherein they thrash goblins and giant spiders. But out of that conventional premise, the game conjures a gorgeous and gratifying platform puzzler.

Some single-player forest adventuring.

Trine 2's environments could have been lifted off the screen of a latter-day Fantasia or from the pages of a particularly lovely storybook. Deep, richly detailed levels pop with lively, luminous color. The forest is home to luscious glowing foliage and glistening colossal snails. Gloomier levels house oversized spiders, animated with skin-crawling authenticity. One level, taking in sunset on a tropical beach, is stop-and-stare beautiful.
Each hero has a simple, distinct set of powers. The knight has a sword and shield for fighting, as well as a warhammer for smashing obstacles; the thief has a grappling hook, along with a bow and arrow; and the wizard can levitate items and summon boxes or planks from thin air. In single-player mode, only one hero appears onscreen, but you can instantly flip between them to access the powers demanded by the task at hand.
The wizard's conjuring powers make him the best suited for solving a puzzle on your own. Though the basic platforming is smooth and accessible, with combat that is brisk and straightforward, the heart of the action is physics-based puzzling. At its simplest, this means constructing a ramp from crates, while more complex challenges have you reroute steam jets by hovering segments of pipe into place. In others, you channel water onto the roots of plants that shoot up, magic beanstalk-like, to create leafy new platforms on which to hop. New elements such as movable portals, waterwheels, and lava streams come thick and fast, in addition to memorable one-offs, such as a house-sized frog that lassoes giant fruit with its tongue.

Toasty!

Though many of the puzzles suggest single, efficient solutions right off the bat, some of the best fun is to be had experimenting with the physics and looking for less-obvious solutions. Trine 2's physics engine is robust and fine tuned, and noodling about with it is engrossing in its own right. The game is generously rigged to allow for the guilty pleasure of fudging a solution when the elegant answer is out of reach; teetering structures of magic planks can be used to bypass clever gate mechanisms altogether or the same planks can be jammed gracelessly into the gears.
Trine 2 prefers to keep you moving briskly along to holding you up with a real brainteaser. There's even an optional hint system that kicks in after a few minutes of head scratching. It amounts to a friendly game but not an overly easy one; there are much trickier secrets to be found and collectable experience orbs in hard-to-reach spots, with the latter feeding into a simple set of talent trees. For instance, as you level up, the thief can upgrade to fire or ice arrows, the knight can upgrade to a charging shield bash, and the wizard can learn to materialize more boxes at once.
In local multiplayer, or in the online multiplayer that's new to this sequel, your two co-op companions play the other two characters. This lets you combine powers rather than flit between them, although hero swapping on the fly is also permitted. Combining powers opens up new avenues of sandbox tinkering; the wizard can float other party members on a conjured plank platform or hang a goblin harmlessly in midair for the thief to skewer with arrows. For maximum sandbox tomfoolery, there's also an unlimited mode, in which any combination of hero characters is allowed.

Seaside questing.

The storybook-style narration is genteel, and the heroes are amiably voiced. The music is rousing, too. Here, as with story and setting, Trine 2 cleaves comfortably to the genre, with all of the cheery piping of a high-class Renaissance fair. If you bypass secrets and ignore experience orbs, you can breeze through a single-player campaign in six hours or so. Although Trine 2 wouldn't outstay its welcome at twice that length, it's no raw deal, given the modest pricing ($15 or £12). This Trine follow-up is a more complete, refined work than its predecessor, and those who didn't catch the original are in for a real treat.

Read More

Zack Zero Review

The Good

• Outdoor areas can be visually appealing.

The Bad

• Rough movement mechanics  
• Flawed environmental design  
• Unbalanced combat  
• Banal story and awful voice acting  
• Constant, intrusive pop-ups.

You may not have heard of Zack Zero, but you know the type: a hard-working space ranger who defends his planet against hostile aliens using his powerful supersuit and likes to take his lady on vacation. After an unusually bad voice actor describes the abduction of said lady by said aliens, our typical hero embarks on a bland adventure packed with clunky platforming action. Zack's herky-jerky jumps make it a chore to navigate the perilous levels where legitimate hazards and design flaws are equally threatening. His suite of elemental abilities fuel some flashy combat and light puzzles, but both are burdened by problems that keep either from being entertaining. While the environmental design makes some levels pleasant to explore, Zack Zero is too fraught with shortcomings to make it worth the trip.

Aliens have the worst security systems

After thwarting an alien conquest attempt and causing the untimely death of the alien leader's brother, Zack Zero and his beloved Marlene have made themselves a target. Zulrog wants to time travel and regain his lost sibling, which involves kidnapping Marlene for some reason. So Zack sets off to rescue her and, as a secondary objective, save the universe. Zack's progress is depicted in minimally animated cartoon cutscenes that are narrated in storybook fashion. Unfortunately, the drawings are simplistic and the voice actor is awful, so what might have been a nice treat between missions comes off as a hackneyed mess.
With the aesthetic bar set low, you embark on your travels through alien landscapes. Colorful flora and some good environmental detail make the outdoor areas appealing, though the same can't be said for the stock sci-fi interiors, which are full of shiny metal and neon lights. Some areas benefit from a nice sense of depth, and the two-dimensional path you walk occasionally winds into the foreground or background, further enriching the environment.
Unfortunately, Zack Zero takes this effect one step too far. In some areas, you can jump into the background to traverse platforms, as you can in Little Big Planet 2. Yet that game had a distinct sense of switching between two planes, whereas Zack Zero's maneuvering is much more muddled. You might fail to shift position sufficiently despite inclining the analog stick properly, turning your jump to a recessed platform into a fall to your doom. The visual cues that signal such jumps are inconsistent and the separation between planes is not clean, so you may think a hazard has moved safely into the foreground when in fact it can still damage you. Though it sometimes looks pretty, visual depth fails to translate into a coherent gameplay mechanic, and the action suffers for it.

Don't let those flying drones stop you from your crucial mission of collecting green gems.

Not that the action does well on its own. Zack can jump and double-jump, but he is a graceless fellow. He shoots into the air abruptly, but his trajectory plunges sharply about three-quarters of the way through, which can cause some frustrating deaths until you get the hang of it. Furthermore, the double-jump timing is inconsistent; sometimes you can initiate his second jump at or after the apex of his leap, sometimes not. This makes negotiating hazards more difficult than it should be, a problem that is exacerbated by intermittent visual bugs (strong updrafts that shoot you into the air may not appear but can still fling you sky-high).
In addition to environmental hazards, Zack must fight his way through various enemies using the powers of his suit. The four states of his suit (normal, fire, ice, stone) each offer different abilities that can be used to destroy enemies and better navigate environments. Fireballs and heavy stone punches are good for destroying enemies, while the freezing tornado and blinding explosion can help you manage crowds. Fire-surfing through the air and slowing down time with your ice power are essential navigational tools, but almost every elemental action drains power from your suit. You have to watch your automatically regenerating bar to make sure you don't run out of juice at an inopportune moment, though the normal attack ensures you are never without a weapon.
Though you can always attack, you are likely to wish for more defensive options. Zack is not a very durable hero, and a few hits from your enemies are enough to send you back to a previous checkpoint. There is no way to block or deflect enemy attacks, so evasion and attack are your only tools. You have to be extra diligent about dodging, though, because the hit detection is such that even if there is a visible distance between you and your enemy's weapon, you can still take damage. The visual-depth confusion also becomes an issue in combat because enemies coming in from the foreground or background can target you. Zack will sometimes automatically target them, sometimes not. Additionally, attacks that deal area damage may kill enemies on one plane but not the others that are adjacent on another plane. Inconsistent mechanics put an extra strain on Zack's fragility, making combat doubly frustrating.

It's just you, the monster, and lady eira's high score.

Assiduous use of your varying abilities is the best way to survive in a fight, and you can combine certain effects, like blowing up a frozen soldier with a fireball. These attacks still have the same basic effect, and it's a shame that they aren't used more cleverly, but combo attacks will net you a neat little point bonus. Online leaderboards offer an outlet for competition, but Zack Zero implements them in a glaringly intrusive way. While playing, pop-up messages frequently notify you of the score leader on your current level, as well as the overall score leader. These messages pop up roughly once every 60 seconds. When you add in separate notifications for your friends list, not a minute goes by without some kind of score popping up onscreen. The only way to disable these constant intrusions is to sign out of the PlayStation Network.
There are other problems that plague Zack Zero, such as invisible walls and a level-up screen that interrupts whatever is going on onscreen, regardless of the danger you might encounter. There are precious few elements in the game that are not hindered by flaws, which make it more difficult to play and enjoy. Yet even without these problems, Zack Zero lacks the appeal and ingenuity found in many other downloadable platformers. At $12.99, Zack Zero is overpriced, underdeveloped, and outclassed.

Read More